Puisi Bertema Jakarta_Di tengah padatnya penduduk Jakarta dan ramainya aktivitas kehidupannya, ternyata sampai saat ini kota besar Jakarta masih menjadi tanah rantau tujuan utama bagi para pencari kerja dari seluruh penjuru Indonesia, untuk bisa mendapatkan kesempatan mengais rejeki. Jadi, pantas saja di Jakarta semakin hari semakin sulit dibedakan antara siang dan malamnya. Nah, bagaimana gambaran Jakarta bagi Orang Perantauan?, silakan baca puisi tentang Jakarta di bawah ini.
Jakarta dalam Puisi
Oleh: Masyhuri, 13 Maret 2017
Jakarta...di belantaramu aku berada...
Sebagai seonggok makhluk kecil yang hanya bisa mengintai dari balik jendela kehidupanmu...
Kota yang tak pernah tidur karena gemuruhnya persaingan
Dari yang sekadar bertahan hidup hingga yang menebar kekayaan
Dari kaum marjinal lagi papa hingga konglomerat lagi terkenal
Jakarta kota besar yang hingar bingar...
Medan laga yang penuh fantasi
Yang selalu menggelar kompetisi yang beragendakan sensasi materi
Yang kaya makin berjaya
Dan yang papa....berkata "barangkali masih bisa kaya"...atau setidaknya...."masih bisa hidup, itu saja"
Jakarta...aku masih di sini
Di antara persimpangann jalanmu
Sedang nebeng berdikari, tuk sesuap nasi
Sembari melihati apa yang ada di sebagian dirimu
Kan kutuang sebagai puisi tentang ironisnya cerita hidupmu
Meski aku tak kau kenali
Walau aku tak sembunyi
Baca juga Puisi Tentang Kematian
Jakarta dalam Puisi
Oleh: Masyhuri, 13 Maret 2017
Jakarta...di belantaramu aku berada...
Sebagai seonggok makhluk kecil yang hanya bisa mengintai dari balik jendela kehidupanmu...
Kota yang tak pernah tidur karena gemuruhnya persaingan
Dari yang sekadar bertahan hidup hingga yang menebar kekayaan
Dari kaum marjinal lagi papa hingga konglomerat lagi terkenal
Jakarta kota besar yang hingar bingar...
Medan laga yang penuh fantasi
Yang selalu menggelar kompetisi yang beragendakan sensasi materi
Yang kaya makin berjaya
Dan yang papa....berkata "barangkali masih bisa kaya"...atau setidaknya...."masih bisa hidup, itu saja"
Jakarta...aku masih di sini
Di antara persimpangann jalanmu
Sedang nebeng berdikari, tuk sesuap nasi
Sembari melihati apa yang ada di sebagian dirimu
Kan kutuang sebagai puisi tentang ironisnya cerita hidupmu
Meski aku tak kau kenali
Walau aku tak sembunyi
Baca juga Puisi Tentang Kematian